Padang,--Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melibatkan 106 orang mahasiswa sipil dari empat perguruan tinggi di Kota Padang untuk melakukan asesmen dan memetakan kerusakan bangunan akibat gempa di Kabupaten Pasaman dan Kabupaten Pasaman Barat.
"Perguruan tinggi tersebut yakni Universitas Andalas, Universitas Bung Hatta, Universitas Negeri Padang dan Institut Teknologi Padang. Total relawan mahasiswa dan koordinator dengan latar belakang teknik sipil dan arsitektur berjumlah 106 orang. Mereka akan bertugas pada 3 – 11 Maret 2022,” sebut Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari, melalui keterangan tertulisnya, Kamis (3/3).
Kegiatan ini, lanjutnya,ditandai dengan acara pelepasan mahasiswa dan koordinator yang berlangsung di Kantor UPT BNPB Regional Sumatera.Hadir dalam kegiatan tersebut, Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BNPB Jarwansah yang didampingi Rektor Universitas Andalas, Rektor Universitas Bung Hatta, perwakilan dari Universitas Negeri Padang, perwakilan Institut Teknologi Padang, serta Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Provinsi Sumatera Barat.
Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi Jarwansah, dalam sambutan Jarwansah menyampaikan, kegiatan pendataan ini berdasarkan kategori kerusakan rumah yang terdiri dari rusak ringan, rusak sedang, dan rusak berat.
Pelaporan pendataan ini menggunakan aplikasi InaRISK yang dikembangkan BNPB sehingga ada dokumentasi kondisi rumah, titik lokasi geografis, nomor kepala keluarga, dan Nomor Induk Kependudukan (NIK).
“Pendataan rumah merupakan bagian dalam pengkajian kebutuhan pascabencana (jitupasna).Pelaporannya secara cepat, langsung dan tampil dalam dashboard inaRISK serta dapat diakses oleh umum," jelasnya.
Dalam melaksanakan pendataan, 106 mahasiswa dan koordinator menerapkan protokol kesehatan pencegahan COVID-19. "Ini sebagai contoh bila ada kerusakan yang masif untuk pendataan rumah rusak dan dapat diterapkan di lokasi pascabencana lainnya,” jelas Jarwansah.
Gempa bumi di Pasaman dan Pasaman Barat mengakibatkan kondisi kerusakan rumah dan infrastruktur serta gangguan sosial budaya dan sosial ekonomi.Kegiatan pendataan diperlukan cepat agar perumusan kebutuhan dan penganggaran dapat segera dilakukan oleh pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten.
"BNPB terus berupaya melakukan optimalisasi untuk upaya penanganan darurat dan penanganan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana di daerah terdampak gempa bumi M6,1 berdasarkan kebutuhan masyarakat," ungkapnya.
Ketua Rehabilitasi dan Rekonstruksi Universitas Andalas (Unand), Febrin Anas menyebutkan, empat perguruan tinggi itu akan mengerahkan mahasiswa untuk melakukan pendataan. Kemudian data akan diinput secara online secara real time.
"Data di lapangan saat ini kerap berubah sehingga pemerintah belum dapat mengambil tindakan untuk rencana rehabilitasi dan rekonstruksi," jelasnya.
Ia menyebut bila rumah warga korban gempa ini masih berdiri kokoh dan hanya menimbulkan keretakan, rumah akan diperbaiki dengan kawat anyam antar dinding. Teknologi anyaman ini disebut sebagai ferrocement layer. Sementara yang rusak berat terpaksa harus masuk ke dalam data bangunan yang harus dibuat ulang.
"Dalam melakukan assesment ini, para mahasiswa nantinya juga mensosialisasikan kepada masyarakat tentang rencana perbaikan rumah korban gempa tersebut," ungkapnya. (bs)