Gelar percontohan pertanian presisi dilaksanakan pada Penas Tani KTNA 2023 di Kota Padang, Sumatera Barat. |
Padang,--Kekeringan meteorologis mengancam. Cuaca ekstrem akibat El Nino mulai berdampak terhadap berkurangnya intensitas hujan yang terjadi, begitu juga di Sumbar.
Gubernur Sumbar, Mahyeldi mengingatkan Pemerintah kabupaten/kota, masyarakat dan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) untuk bersiap menghadapi kekeringan. Di sektor pertanian.
Ia meminta pihak terkait untuk mengidentifikasi luas daerah yang potensi terdampak kekeringan sehingga bisa diambil langkah antisipasi.
“Masyarakat juga harus diberikan pemahaman terkait dampak kekeringan meteorologis sehingga dapat menghemat penggunaan air bersih dan juga melakukan budidaya pertanian yang tidak membutuhkan banyak air,” sebutnya, Selasa (6/6)
Pada daerah pertanian yang diperkirakan akan terdampak kekeringan perlu disiapkan logistik dan peralatan seperti tangki air bersih dan pompa air untuk membantu masyarakat.
Kepala Balai Perlindungan Tanaman Pangan Dan Hortikultura (BPTPH) Sumbar, Suardi, menyebut, pihaknya telah menyiapkan langkah untuk mengantisipasi gagal panen akibat kekeringan di daerah itu.
“Kita menurunkan tim ke lokasi rawan untuk memberikan pendampingan kepada petani terkait kekeringan. Selain untuk membantu menentukan waktu penanaman agar potensi gagal panen bisa ditekan, juga memberikan pemahaman tentang tanaman yang lebih tahan dalam kondisi kemarau,” katanya.
Tim tersebut juga memberikan edukasi tentang hama dan penyakit tanaman yang sering mengancam pada musim kemarau serta upaya yang bisa dilakukan untuk menangkalnya.
“Kita terus pantau lahan pertanian di daerah-daerah yang berpotensi terimbas kemarau. Kita siapkan pompa air untuk kondisi darurat, guna menaikkan air dari sumber yang tersedia. Kita juga bisa membantu sumur tancap untuk membantu mengairi lahan pertanian,” katanya.
Selain itu BPTPH juga membangun embung sebagai langkah antisipasi kekeringan pada sejumlah daerah.
Sementara itu, Kepala Stasiun Meteorologi Minangkabau-Padang Pariaman, Desindra Deddy Kurniawan membenarkan terjadinya kekeringan meteorologis. “Iya benar, kekeringan meteorologis itu artinya kekeringan yang disebabkan pengaruh curah hujan. Karena musim kemarau sudah masuk juga bulan Juni ini,” ucapnya.
Ia menambahkan puncak kemarau diprediksi terjadi pada bulan Juli. “Tapi masih normal, dalam artian sedikit curah hujan seperti musim kemarau umumnya. Walaupun cuaca siang hari bertambah panas,” katanya.
Menurut Desindra, kondisi tahun ini agak berbeda dengan kondisi kemarau tiga tahun belakang yang dipengaruhi oleh El nino la nina.
“Imbauan untuk masyarakat musim kemarau saat ini memang agak berbeda apalagi untuk wilayah yang ada zona musimnya, berbeda tiga tahun lalu ada la nina, masih ada curah hujan. Kalau sekarang curah hujan sangat sedikit tapi masih dalam kategori normal,” jelasnya.
Ia menambahkan pada saat ini, cuaca bertambah panas karena berkurangnya pertumbuhan awan. Pertumbuhan awan mulai berkurang.
"Pada pagi hari karena tutupan awan sedikit, maka sinar matahari berupa gelombang pendek dapat maksimal diterima oleh permukaan bumi dan ini yang menyebabkan terasa panas,” ucapnya. (bs)