PVMBG menetapkan status Gunung Marapi naik status dari level II (waspada) menjadi level III (siaga) seiring dengan peningkatan aktifitas vulkanik yang terjadi beberapa hari terakhir. (ist) |
Padang,--Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menetapkan kenaikan status Gunung Marapi dari level II (waspada) ke level III (siaga) pada Rabu (6/11) pada pukul 15.00 WIB. Hal ini menyikapi aktifitas erupsi gunungapi yang terdapat di Kabupaten Agam dan Tanahdatar dalam beberapa hari belakangan.
Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Muhammad Wafid mengatakan berdasarkan update dan evaluasi tingkat aktifitas Gunung Marapi di Sumbar pada 6 November pukul 20.56 WIB, secara visual dari tanggal 1 sampai 5 November 2024 Gunung Marapi, asap kawah utama dengan tinggi 100 sampai 300 meter diatas puncak.
“Secara intrumental kegempaan didominasi gempa hembusan. Terekam dua kali gempa erupsi atau letusan, 42 kali gempa hembusan, 1 kali gempa low frekuensi, 2 kali vulkanik dangkal, 1 kali gempa vulkanik dalam, 26 kali gempa teknonik lokal, 4 kali gempa teknonik jauh, dan tremor menerus dengan amplitudi 0,5 sampai 1 MM,” sebutnya dalam keterangannya, Rabu malam.
Ia menyampaikan, berdasarkan hasil analisis dan evaluasi secara menyeluruh maka PVMBG menaikkan status Marapi dari level II (waspada) menjadi level III (siaga) terhitung tanggal 6 November puluk 15.00 WIB.
“Rangkaian erupsi atau letusan secara tidak kontinyu masih berlanjut sampai saat ini. Hal ini sebagai akibat dinamika naik turunnya pasokan fluida dari kedalaman tubuh gunung api yang teramati. Utamanya dari fluktuasi tinggi kolom abu erupsi maupun kegempaan,” terangnya.
Secara visual, selama beberapa waktu terakhir aktivitas Gunung Marapi cenderung meningkat. Aktivitas hembusan dan letusan semakin intensif di mana tinggi kolom abu erupsi teramati 2.000 meter di atas puncak pada 27 Oktober 2024.
Sedangkan hari ini, kolom abu teramati 1.500 meter di atas puncak pada 6 November 2024 pukul 05.44 WIB. Kemudian secara kegempaan sejak 7 Oktober 2024 terdapat kecenderungan peningkatan terutama gempa vulkanik dalam (VA) yang berasosiasi dengan peningkatan pasokan fluida dari kedalaman.
Kenaikan kegempaan ini juga selaras dengan adanya deformasi inflasi di bagian puncak Gunung Marapi. Dari data variasi kecepatan seismik dan koherensi menunjukkan terganggunya kondisi medium bawah permukaan (di dekat permukaan) tubuh Gunung Marapi akibat peningkatan tekanan pada tubuh gunung api.
“Berdasarkan evaluasi data pemantauan, secara umum aktivitas gunung itu mengalami peningkatan. Dengan demikian, aktivitas erupsi atau letusan dapat terjadi sewaktu-waktu sebagai bentuk pelepasan akumulasi energi," ujarnya.
Bahkan, menurutnya, kondisi itu bisa semakin intensif dengan jangkauan lontaran material letusan yang kian jauh. Ini apabila pasokan fluida (magma dan gas) dari kedalaman berlanjut mengalami peningkatan.
“Untuk itu di keluarkan rekomendasi sebagai berikut, masyarakat di sekitar Gunung Marapi dan pendaki/pengunjung/wisatawan agar tidak memasuki dan tidak melakukan kegiatan di dalam wilayah radius 4,5 km dari pusat erupsi (Kawah Verbeek),” jelasnya.
Kemudian masyarakat yang bermukim di sekitar lembah/aliran/bantaran sungai-sungai yang berhulu di puncak Gunung Marapi agar selalu mewaspadai potensi/ancaman bahaya lahar yang dapat terjadi terutama di saat musim hujan.
“Jika terjadi hujan abu maka masyarakat diimbau untuk menggunakan masker penutup hidung dan mulut untuk menghindari gangguan saluran pernapasan (ISPA),” jelasnya. (bs)